RESENSI
Judul Buku : Ada kamu, Aku Ada: Adakah yang Terlambat dalam Cinta?
Penulis : Jessica Huwae
Penerbit : Dunia Jendela, Klaten
Tahun Terbit : 2008
Novel ini merupakan adaptasi dari film (based on the script by Alim Sudio) dengan judul yang sama. Bercerita tentang 3 anak manusia yang sedang jatuh cinta dan terjebak dalam situasi yang cukup rumit. Stella adalah seorang mahasiswa jurusan psikologi yang percaya bahwa cinta dapat mengubah segalanya. Damian adalah anak dari seorang pengusaha yang kaya raya dan percaya bahwa segala sesuatu dapat dibeli dengan uang, termasuk cinta. Dan Elang, seorang pemuda yang mempunyai bakat music dan percaya bahwa cinta adalah sesuatu yang harus diperjuangkan.
Cerita berawal dari penggambaran suasana tengah malam Jakarta yang sepi dan lenggang hanya dimeriahkan oleh billboard-billboard yang kelap-kelip lampunya menghiasi jalanan Jakarta. Di salah satu gedung megah Jakarta yang dijadikan tempat Racing Car seolah meledek lenggangnya jalanan Jakarta yang lenggang. Damian adalah anak dari pemilik Gedung Guntara tersebut dan Stella yang selalu berada di sisinya memberinya semangat dalam Racing car. Walaupun Damian sering membohongi Stella namun Stella selalu memaafkan Damian. Lalu muncul sosok Elang dalam kehidupan Stella yang memberikan cintanya kepada Stella dengan cara yang berbeda dari Damian. Hal tersebut membuat Stella tanpa sadar berpaling hatinya kepada Elang. Stella melawan perasaannya tersebut dan bertahan dengan Damian. Hingga akhirnya, ia harus memilih, Elang atau Damian? Adakah yang terlambat dalam cinta?
Karena merupakan adaptasi dari Film yang dibintangi oleh Bunga Citra Lestari, Rama Michael, dan Andhika Pratama, penulis tidak terlalu mementingkan penggambaran setting tempat dan waktu dengan jelas. Alur cerita mengalir dan mudah dipahami karena menggunakan bahasa gaul yang tidak asing di telinga remaja pada saat ini. Ending cerita mudah ditebak ketika kita membaca awal cerita walaupun belum pernah menonton filmnya dan tidak jauh berbeda dengan teenlit-teenlit yang lain. Mungkin karena cerita tersebut sudah difilmkan maka cukup menarik pembaca. Penulis pun orang baru dalam dunia tulis-menulis, beberapa karyanya pun telah diterbitkan.
RESENSI
Judul Buku : Drunken Monster
Penulis : Pidi Baiq
Penerbit : Mizan
Tahun Terbit : 2008
Halaman : 201
Drunken Monster merupakan kumpulan cerpen karya Pidi Baiq. Sebenarnya lebih tepat dikatakan sebagai catatan harian karena isinya merupakan pengalamannya. Sebenarnya dari cerita tidak ada yang berbeda dengan kumpulan cerpen lain hanya saja Pidi Baiq menampilkan tokoh utama dengan sifat yang berbeda (melawan kebiasaan). Sisi lain manusia yang tak biasa ini merupakan daya tarik dari setiap cerita yang disajikan. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia namun bukan bahasa Indonesia “Normal” yang biasa digunakan.
Tokoh utama yang unik mempunyai kebiasaan sok kenal dengan orang yang belum dikenal dengan cara yang unik dia memulai percakapan sehingga terjalin sebuah cerita. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia yang terkadang disisipi dengan bahasa Sunda karena setting yang digambarkan oleh penulis adalah Kota Bandung. Penggambaran setting tempat yang sangat amat terlalu jelas hingga membuat bingung pembaca yang tidak mengetahui seluk beluk kota Bandung. “Bingung” karena penulis menggambarkannya dengan “belok kanan, belok kanan lagi, lalu belok kiri…”.
Secara keseluruhan kumpulan catatan harian Pidi Baiq ini, merupakan bacaan yang bisa menghilangkan stress. Ceritanya yang mengalir sehingga membuat kita terbawa ke dalam situasi unik cerita.
RESENSI
Judul Buku : Orang-orang Bloomington: Kumpulan Cerita
Penulis : Budi Darma
Penerbit : Metafor Publishing
Tahun terbit : 2004
Halaman : 246
Orang-orang Bloomington merupakan salah satu karya Budi Darma yang berupa kumpulan cerita. Orang-orang Bloomington adalah karya penting Budi Darma yang berbeda dengan kebanyakan karyanya, tidak bertemakan hal-hal abstrak.
Salah satu ceritanya yang berjudul “Joshua Karabish” bercerita tentang seorang pemuda yang bernama Joshua Karabish yang berteman dengan “Saya”. “saya” tidak mengetahui kalau Joshua mengidap suatu penyakkit. Mereka pun berbagi kamar. Setelah tinggal sekamar akhirnya “saya“ mengetahui bahwa Joshua mengidap suatu penyakit yang aneh. Setiap malam tidurnya mengerang-erang kesakitan, terkadang keluar lendir dari tellinganya dengan bau busuk dan keluar darah amis dari hidungnya. Joshua mengatakan bahwa penyakitnya tidak menular. Hingga pada suatu kesempatan Joshua Pamit untuk mengunjungi ibunya. Lama tidak ada kabar, ibu Joshua mengirim surat yang menyatakan bahwa Joshua telah meninggal. Tidak lama setelah Joshua meninggal, “saya” mengalami rasa sakit yang sama seperti penyakit yang diderita oleh Joshua.
Tokoh “Saya” sebagai tokoh utama digambarkan sebagai sosok yang introvert. Pembaca diajak menyelami cerita melalui pergolakan emosional para tokoh. Permasalahan yang diangkat adalah masalah humanistic dalam berhubungan dengan lingkungan dan sesama. Membaca cerita-cerita Orang-orang Bloomington seperti membaca cerita karya orang Amerika. Budi Darma dapat meyelami dan menggambarkan tokohnya dengan baik. Hampir semua ceritanya bertemakan kematian, penyakit, dan psikologi manusia introvert di Amerika.
RESENSI
Judul Buku : Sanu Infinita Kembar
Penulis : Motinggo Busye
Penerbit : Gunung Agung, Jakarta
Tahun Terbit : 1985
Halaman : 101
Sanu Infinita Kembar merupakan karya terbaik Motinggo Busye. Roman Motinggo Busye ini mencapai dimensi kedalaman yang belum pernah kita saksikan dalam roman-romannya terdahulu.
Berkisah tentang sosok Sanu yang hidup pada masa perang dengan komunis. Sanu yang dicari-cari karena dianggap komunis, berusaha mencari penyelesaian dari masalah yang dihadapinya itu. Mulai dari bergabung dalam perpolitikan hingga ia mempelajari seni bela diri yang membuat indera keenamnya semakin peka. Cerita dilanjutkan dengan perjalanan Sanu bersama dua infinitanya. Tidak jarang terjadi hal-hal magik di luar logika.
Sosok Sanu yang menyadari kedua infinitanya, pergolakan emosinya, bagaimana dia berpikir dan bertindak dengan situasi yang hadapinya tersebut, digambarklan dengan sangat baik oleh Motinggo Busye. Terkadang kita perlu membaca ulang cerita untuk lebih memahami alur cerita. Sanu infinita kembar bukanlah bacaan ringan seperti teenlit-teenlit. Namun demikian kita disajikan sesuatu yang berbeda yang membuat kita lebih terbika terhadap fakta sejarah yang terjadi di Indonesia. Dengan latar G30S PKI, kita diajak kembali ke masa tersebut. Melihat peristiwa-peristiwa apa saja yang terjadi pasca G30S PKI. Penangkapan-penangkapan terhadap orang-orang PKI termasuk sastrawan-sastrawan yang tergabung dalam komunitas Lekra. Bagaimana para sastrawan tersebut ditangkapi padahal mereka tidak terlibat dalam peristiwa G30S PKI yang kebenaran sejarahnya tentang peristiwa tersebut saja masih dipertanyakan. Tidak sedikit sastrawan yang mencari perlindungan dalam lindungan politik ataupun lari keluar negeri.
RESENSI
Judul Buku : Harry Potter and The Deathly Hallows
Penulis : J.K. Rowling
Penerbit : Gramedia
Tahun Terbit : 2007
Halaman : 999
Harry Potter and The Deathly Hallows merupakan seri terakhir dari kisah Harry Potter. Kisah ini dimulai dengan Harry yang besiap-siap pergi meninggalkan rumah keluarga Dursley untuk selamanya. Harry mempunya tugas dari Albus Dumbledor untuk menghancurkan 4 Horcrux Voldemort, dengan cara itulah Voldemort dapat dikalahkan. Kisah selanjutnya adalah petualangan Harry, Ron dan Hermione dalam mencari dan menghyancurkan horcrux-horcrux tersebut. Tidak jarang mereka menemui jalan buntu yang membuat mereka berselisih paham. Di tengah pencarian Ron meninggalkan Harry dan Hermione karena merasa tidak mempunyai tujuan yang jelas, namun Ron pun kembali bergabung setelah menyadari kekelluruannya. Sekembalinya Ron, tidak membuat pencerian menjadi lebih mudah, mereka ditangkap para pelahap maut dan dikurung di rumah Malfoy. Cerita semakin menegangkan ketika Harry harus berhadapan langsung dengan Voldemort dalam duel terakhir.
Bahasa yang digunakan mudah dipahami hanya saja bagi yang tidak mengikuti cerita Harry Potter dari awal akan mengalami kebingungan karena terdapat banyak istilah-istilah sihir. Sosok dan psikologi Harry Potter yang berusia 17 tahun digambarkan dengan sangat baik oleh penulis. Bagaimana kebimbanngan seorang remaja yang diberi tugas yang berat dengan sedikit informasi. Bagaimana labilnya psikologi remaja. Swemuanya ditampilkan dalam bentuk percakapan. Penggambaran setting tempat sangat baik seolah-olah kita berada di tempat tersebut dan merasakan suasananya. Seperti seri-seri sebelumnya, alur ceritanya sulit ditebak walaupun begitu ending cerita sudah bisa ditebak. Secara keseluruhan, novel ini merupakan bacaan yang cukup menghibur dan memberikan warna baru dalam dunia tulis-menulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar